tadi pagi bareng ma ke kebun raya. duduk santai dua jam lebih di tepi kolam gunting. tepat di kursi yang berseberangan dengan pohon paling tua di krb, yaitu leci yang ditanam pada tahun 1823
menarik loh hari ini menemukan tiga biawak gede, kepala-ekor mencapai 100-120 cm, dari arah yang berbeda tetapi berenang hampir bersamaan ke pulau kecil di tengah danau. satu hal yang terasa sekali. burung-burung kowak tak lagi sebanyak dulu
perlahan-lahan, angin silir mulai menabur sihir. alhasil. aku dan ma jadi mulai merem-merem tak jelas. beda banget dengan burung udang/cekakak di tajuk kenari. awas membaui gerakan di sekelilingnya dengan matanya yang tajam
sebelum pulang ke taman teijsmann dulu. melalui jalan batu di belakang tempat kami duduk. segera saja menyembul di sebelah kiri tulisan: vitex pinnata (verbenaceae)
alias pohon laban
yang disebut-sebut dalam: arus balik
kutipan dari arus balik:
'selesai ucapan pernyataan kemenangan rombongan senapati berpacu ke selatan meninggalkan kota. mereka: senapati dan para pemimpin pasukan. mereka langsung menuju ke sebuah bukit kecil, turun dari kuda masing-masing, duduk menghadap senapati
tempat itu terlindung oleh semak-semak telekan dan dipayungi oleh pohon laban
beberapa saat lamanya mereka semua menunduk diam-diam dalam ucapan syukur. ketenangan sekitarnya dan kecerahan alam membikin suasana menjadi syahdu
'aku bawa kalian ke mari,' sang senapati memulai, 'karena ada sesuatu yang kalian patut ketahui. kita telah kalahkan peranggi dengan penyerangan cepat dan mendadak. kalian harus ketahui watak musuh yang sangat berbahaya ini: mereka hendak menguasai urat nadi kehidupan - kehidupan hanya untuk diri mereka sendiri, dan semua harus mengabdi untuk kepentingan itu, dan: mereka tak sudi, kalah untuk kedua kalinya. mereka takkan datang ke tuban, bukan saja karena telah dikalahkan di sini, juga karena nadi kehidupan telah dialihkan dari tuban ke tempat lain. peganglah ini sebagai ketentuan'
'jangan bosan-bosan mendengar kata yang sering kuulangi ini: kemenangan ini belum banyak artinya, selama peranggi menguasai jalan rempah-rempah, merekalah yang menguasai dunia, dan kita hanya menduduki pojokan yang gelap,' ia teringat pada kata-kata lamanya.
senapati mengangkat telunjuk memberi peringatan: 'makin kuat mereka menguasai jalan rempah-rempah, makin gelap pojokan kita. apabila mereka tak dihalau dari tempat-tempat mereka berkuasa sekarang ini, bahkan dibiarkan semakin kuat juga, nasib jawa dan nusantara sudah dapat ditentukan - ambruk entah sampai berapa keturunan''
arus balik. novel sejarah. yang memang mesti dibaca
No comments:
Post a Comment