Monday, 29 September 2008

kartini ku



lagi baca tulisan pendek karlina supelli: demi janji pada dunia
ada kalimat,

'ketika eichmann in jerusalem menuai kontroversi, jaspers membela arendt. ia menyebut eichmann sebagai kesaksian amat menakjubkan dari kemerdekaan berpikir. bagi arendt itu artinya berani menggunakan nalar tanpa petunjuk siapa pun serta kesediaan melompat keluar dari tatanan'

...keberanian melompat keluar dari tatanan

ingat kartini
dalam sepucuk suratnya kepada abendanon pada tahun 1900,

'ni tidak mau, ni tidak dapat menurut kemauan kakaknya. 'anak-anak mudah wajib patuh kepada orang-orang yang lebih tua,' demikian selalu dikotbahkan kepadanya dan 'lebih-lebih, anak-anak perempuan harus taat kepada semua kakaknya yang laki-laki.' tetapi ni yang keras hati, tidak mengerti mengapa harus begitu

'bukan salahnya,' pikirnya, bahwa ia lahir lebih kemudian daripada kakak-kakaknya. bahwa oleh karenanya ia harus tunduk kepada mereka, dipandangnya sebagai suatu hal yang gila betul. ia tidak wajib patuh kepada siapa pun, siapa pun juga, kecuali terhadap suara batinnya, hatinya. dan ia tidak akan mengiakan apa pun dari kakaknya, kecuali kalau ia yakin, bahwa kakaknya betul'



2 comments:

Anonymous said...

masalahnya apa yang kita anggap betul ternyata belum tentu benar. suara batin suara misteri, misteri untuk dijajaki sepanjang hayat kita, cieee

chaiyen said...

karena orang-orang punya suara hati yang beda-beda?