lima belas november. naik trans jogja dari kantor pos besar. ke prambanan (kangen juga sekali-kali). turun di terminal. baru beberapa langkah jalan hendak ke arah candi, liat dari jauh seekor kupu berwarna oranye tanah
terbang bingung di tengah jalan. tampaknya juga sangat lelah. berputar-putar disampar angin kendaraan2 yang lalu lalang
terkapar jatuh ditabrak motor yang lewat
aku angkat dan baringkan di rumput (kirain orang kali ya). sayapnya semakin lunglai. aku masih berharap semoga di dunia mukjizat itu memang ada
tapi
gerakan sayap yang kelelahan tadi rasanya seperti sudah yang terakhir kalinya
kupu kecil itu...
(sedih itu seringkali hanya bisa kita simpan sendiri ya. dianggap gila kali ya menangis untuk seekor kupu-kupu)
seorang perempuan. entah muncul darimana bertanya: kupu2nya masih hidup?
sepertinya sudah mati...
diangkatnya kupu oranye tanah itu. dengan hati-hati. kemudian letakkan kembali di daun-daun wedelia
hanya sedetik dua detik. kupu-kupu itu bentangkan sayapnya. napaskan mantra. tentang hidup yang menolak dipatahkan kematian sebelum takdir yang tertera dalam buku kehidupan. dituntaskan
kupu kecil itu. katakan namanya: tawny coster
sudah hampir tiga dekade berlalu ketika nenek moyang mereka mulai terbang dari india, srilangka. mengarah ke selatan
terbang melintasi bangladesh, myanmar, thailand, malaysia, singapura. seberangi selat singapura. menuju batam dan masuk ke jawa dari sisi barat
untuk akhirnya tiba di prambanan. kupu pertama itu...
untuk apa jika kita bertanya
tapi kita barangkali tidak akan pernah benar-benar mengerti ketika jawabnya adalah. karna rindu untuk letakkan sebuah sembah kepada dia. yang kepada manusia tuhan ajarkan untuk sebut: siwa
No comments:
Post a Comment