Srintil meneruskan perjalanan ke rumah Tampi hendak mengambil Goder. Masih di dekat rumah Sakum dia melihat sepasang bunglon berkejaran pada ranting pohon dadap. Yang betina lari tunggang-langgang lalu melompat ke dahan lain. Yang jantan mengejar, ragu-ragu, lalu menyusul melompat. Kali ini dia luput dan terbanting ke tanah. Diam dan seakan-akan mati. Warna kulitnya yang semula hijau terang perlahan-lahan berubah warna tanah. Binatang itu baru bergerak setelah langkah Srintil begitu dekat. 'Bila Kang Sakum tidak picek (note: buta) tentu dia akan berkata kepadaku: jangan membabibuta mengejar orang yang lari. Nanti terbanting seperti bunglon itu'
Ronggeng Dukuh Paruk
p.167
No comments:
Post a Comment